Tempat menumpahkan segala pemikiran dan solusi plobema ummat di seluruh indonesia khususnya,sampai kepenjuru dunia umumnya

Cara ucapkan selamat datang

Jangan lupa selalu kunjungi web aku agar tidak ketinggalan berita update terbaru yang ada di situs rama-aswaja.blogspotcom.jangan lupa juga ditinggal jejak/komentar di aswaja-rama.blogspot.com

orang mukmin pun bisa bangkrut

Mari kita sama-sama berbakti dan taat kepada Allah selaku yang menciptakan kita semua Dan pula Allah Zat wajib wujud,wajib disembah tiada tuhan Selain Allah itu Harga mari.jangan lupa selalu kunjungi rama-aswaja.blogspot.com.

marilah kita shalat agar tubuh kita sehat

Shalat adalah suatu perintah yang wajib kita kerjakan walau dalam keadaan sakit,tiada alasan untuk bisa meninggallkan shalat bagi kita orang ber iman karena itu beda kita sama orang kafir Laktatullah.By rama-aswaja.blogsppot.com

cara membuat blog sejuta pengunjung dalam sehari

Kita selaku adam adam tiada yang terluput dari kesalahan/dosa.Baik itu dosa kecil Atau dosa besar,oleh karena itu marilah kita bertaubat dari segala kesalahan karena itu satu-satunya cara.By rama-aswaja.blogspot.com

Code teks berjalan

Tunggu apa lagi para sahabat blogger mari kita berkreasi untuk menghiasi blg kita.jangan sampai ketinggalan update informasi terbaru dari blog By rama-aswaja.blogspot.com

Saturday, May 7, 2016

Perbedaan Wahabi,syiah dan ajaran sesat lainya

Beda Wahabi Salafi, Hizbut Tahrir, Jamaah Tabligh dan Syiah

Beda Wahabi, HTI, Jamaah Tabligh dan Syiah
Di Indonesia saat ini ada 3 (tiga) gerakan Islam trans nasional besar yang merupakan produk luar Indonesia yaitu Wahabi Salafi, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Jamaah Tabligh (JT). Dan ada 2 (dua) gerakan Islam yang merupakan produk lokal Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Kelima gerakan ini masuk dalam kategori Sunni. Di luar itu, ada juga gerakan lain di luar Sunni yang disebut dengan Syiah.
Berikut gambaran singkat tentang ketiga ormas Islam global yang pengaruhnya cukup signifikan pada sebagian umat Islam Indonesia. Di samping itu, ada juga aliran Syiah.
DAFTAR ISI
  1. WAHABI SALAFI
    1. Nama Gerakan Wahabi
    2. Metode Penyebaran Faham Wahabi
    3. Kesalahan Aliran Wahabi Salafi
  2. HIZBUT TAHRIR INDONESIA (HTI)
  3. JAMAAH TABLIGH (JT)
  4. SYIAH

WAHABI SALAFI
Siapa yang Lebih Salafi: Wahabi atau Aswaja?
Siapa yang Lebih Salafi: Wahabi atau Aswaja?
Wahabi Salafi atau Wahabi saja adalah istilah yang diidentikkan pada sebuah gerakan Islam politik yang berdiri di kawasan Najed di semenanjung jazirah Arab pada akhir abad ke-12 hijriah atau abad ke-18 masehi yang diprakarsai oleh Muhammad bin Abdul Wahhab (1703 – 1792) dan Muhammad bin Saud (wafat 1765 M). Muhammad bin Saud , yang dikenal sebagai Ibnu Saud, adalah Amir daerah Al-Diriyah dan dianggap sebagai pendiri Negara Saudi dan dinasti Saud Pertama.
Keduanya bersekutu untuk menyebarkan gerakannya. Persekutuan keduanya terus dilanjutkan oleh anak cucu mereka bahkan setelah cicit Ibnu Saud yang bernama lengkap Abdulaziz bin Abdul Rahman bin Faisal bin Turki bin Abdullah ibn Muhammad Al Saud (1876-1953 M) yang juga dikenal sebagai Ibnu Saud   berhasil mendirikan kerajaan Arab Saudi (Al-Arabiyah Al-Saudiyah) pada tahun 1932.
Keturunan Muhammad bin Abdul Wahab, yang kemudian dikenal dengan julukan Alus Syeikh dibantu oleh para ulama lain yang berfaham Wahabi mendapat posisi penting dalam pemerintahan baik sebagai pejabat maupun sebagai Dewan Fatwa (Dar Al-Ifta) yang memberikan fatwa tidak saja kepada rakyat tapi juga kepada kerajaan terkait berbagai keputusan besar. Ulama juga mendapat peran besar dalam yudikatif dan pendidikan.
Tidak heran apabila seluruh universitas negeri di Arab Saudi dipenuhi dengan kurikulum berfaham Wahabi. Dan tidak aneh kalau para mahasiswa yang belajar di berbagai universitas negeri di Arab Saudi tercuci otaknya dan pulang ke Indonesia sebagai ustadz-ustadz penyebar faham Wahabi yang sangat militan.

Nama Gerakan Wahabi
Kalangan penganut aliran Wahabi tidak mau menyebut dirinya Wahabi, mereka lebih senang menyebut dirinya dengan beberapa nama antara lain: Salafi, Salafiyah, Anshar as Sunnah, Anshar at Tauhid, Jama’ah at Takfir Wal Hijrah, Jam’iyyah an Nur Wal Iman, Al Jama’ah al Islamiyyah, dan lain-lain.
Walaupun sebagian besar pengikut Wahabi di Indonesia tidak mau menyebut dirinya sebagai Wahabi, namun pada dasarnya penamaan tersebut awalnya berasal dari diri mereka sendiri.
Seorang pemuka Wahabi di Qatar bernama Ahmad bin Hajar Al Buthami bin Ali menulis buku dengan judul: As Syekh Muhammad ibn Abdil Wahhab ‘Aqidatuh as Salafiyyah Wa Da’watuh al Islamiyyah. Buku ini diedit dan sebarluaskan oleh pemuka Wahabi lainnya, yaitu Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz. Dicetak tahun 1393 H, penerbit Syarikat Mathabi’ al Jazirah. Pada halaman 105, ia menulis: [فلما التقى الوهابيين في مكة] Ketika aku bertemu dengan orang-orang Wahabi di Mekah.
Bin Baz sendiri tidak keberatan dengan sebutan Wahabi. Dalam kitab Fatawa Nur ‘ala Al-Darb pada pertanyaan yang ke 6
س 6 – يقول السائل: فضيلة الشيخ، يسمي بعض الناس عندنا العلماء في المملكة العربية السعودية بالوهابية فهل ترضون بهذه التسمية؟ وما هو الرد على من يسميكم بهذا الاسم؟
الجواب: هذا لقب مشهور لعلماء التوحيد علماء نجد ينسبونهم إلى الشيخ الإمام محمد بن عبد الوهاب رحمة الله عليه فهو لقب شريف عظيم
Artinya: Pertanya’an ke 6 – Seseorang bertanya kepada Syaikh: Sebagian manusia menamakan Ulama-ulama di Arab Saudi dengan nama Wahabi [Wahabiyyah], adakah engkau ridha dengan nama tersebut? Dan apa jawaban untuk mereka yang menamakan engkau dengan nama tersebut?
Jawaban: Penamaan tersebut masyhur untuk ulama tauhid yakni Ulama Nejed [Najd]. Mereka menisbahkan para Ulama tersebut kepada Syaikh Muhammad ibnu Abdil Wahhab. Nama itu (Wahhabiyah) adalah panggilan yang sangat mulia dan sangat agung
Baca detail: Mengapa Mereka Disebut Wahabi?

Metode Penyebaran Faham Wahabi
Faham Wahabi disebarkan dengan beberapa cara, antara lain:
1. Memberi beasiswa pada mahasiswa dalam dan luar negeri untuk belajar di berbagai universitas negeri di Arab Saudi seperti Universitas Ummul Quro Makkah, Universitas Islam Madinah, Universitas Ibnu Saud Riyadh, dll. Cara ini sangat berhasil dan efektif. Mahasiswa lulusan Arab Saudi yang sudah pulang ke Tanah Air yang sudah menempuh studi minimal program Master atau S3 (Doktor) tidak saja berubah menjadi penganut Wahabi fanatik, tapi mereka juga menjadi pendakwah aliran Wahabi yang militan dan penuh dedikasi. Semangat yang tinggi ini tidak lepas dari besarnya dana yang dikucurkan Arab Saudi bagi mereka yang bersedia menyebarkan dakwah Wahabi di tempat mereka.
2. Mendirikan universitas atau sekolah tinggi di luar Arab Saudi dengan biaya penuh dari Arab Saudi dengan pemberian beasiswa penuh pada mahasiswanya. LIPIA yang berlokasi di Jakarta adalah salah satu contohnya.
3. Memberi dana bantuan pada sejumlah pesantren di Indonesia dengan syarat memasukkan faham Wahabi dalam kurikulumnya.
4. Melalui kader Wahabi lulusan Arab Saudi yang mendirikan pesantren dengan bantuan dana besar untuk mencetak santri yang berpola pikir Wahabi.
5. Membeli hak penerbitan kitab-kitab turos, kitab klasik atau kitab kuning, karya ulama salaf, lalu menerbitkannya.dan menyisipkan karya-karya ulama Wahabi ke dalamnya. Contoh, hak penerbitan kitab Fathul Bari Syarah Sahih Bukhari karya Ibnu Hajar Al-Asqalani yang dibagian bawah setiap halaman disisipkan karya Bin Baz sebagai muhaqqiq.
6. Merubah secara sengaja konten kitab salaf Ahlussunnah Wal Jamaah dengan kandungan yang sesuai dengan faham Wahabi. Lihat contohnya di sini.
7. Membeli situs-situs di internet yang memiliki pengunjung tinggi dan menggantinya dengan konten yang sesuai dengan faham Wahabi.
8. Membuat situs-situs tanya jawab agama baik dalam bahasa Arab atau bahasa Indonesia atau keduanya dengan memberi jawaban sesuai faham Wahabi.

Kesalahan Aliran Wahabi Salafi
1. Aqidah tauhid Wahabi berdasar teori dari Ibnu Taimiyah yang dikenal sebagai mujassimah (memfisikkan Allah). Ini bertentangan dengan faham Ahlussunnah Wal Jamaah Asy’ariyah.
– Menurut mereka tauhid di bagi menjadi tiga bagian : Tauhid Uluhiyyah, Tauhid Rububiyyah dan Tauhid asma’ wa sifat sebagaimana diajarkan Ibnu Taimiyah
– Membagi tauhid menjadi tiga bagian ini adalah bid’ah terbesar mereka dan senjata utama mereka untuk mengkafirkan mayoritas umat islam yang yang bermadzhab asy’ari, Maturidi ataupun Shufi.
– Condong ke tajsim (memfisikkan Allah)
– Menolak adanya ta’wil pada ayat-ayat mutasyabihat, sehingga mereka berkeyakinan bahwab istiwa’nya Allah di ‘Arsy adalah bersemayamnya Allah di atas ‘Arsy. Mereka pun berkeyakinan bahwa Allah mempunyai wajah dan tangan, mereka juga beranggapan bahwa Allah memegang langit, bumi, pepohonan dengan jari jemariNya.
2. Takfiriyah: Inilah kesalahan besar gerakan Wahabi. Doktrin pengkafiran pada umat Islam yang tidak sesuai dengan ideologi mereka menjadi jalan legitimasi yang mudah bagi pengikutnya untuk melakukan terorisme di seluruh dunia dan dengan perasaan tak berdoa membunuh sesama saudara muslimnya.
3. Bid’ah. Doktrin bahwa semua yang tidak ada di zaman Nabi adalah bid’ah dan semua bid’ah adalah sesat membuat Wahabi secara tidak langsung telah menyesatkan dirinya sendiri karena tidak konsisten antara ucapan dengan perbuatan. Contoh, peringatan maulid Nabi dinaggap bid’ah dan sesat, tapi hari kemerdekaan Arab Saudi selalu diperingati tiap tahun. Juga, Wahabi secara rutin memperingati haul kematian Ibnu Utsaimin salah satu tokoh ulama mereka. Dan membangun gedung megah untuk museumnya sementara bekas tempat kelahiran Nabi dijadikan perpustakaan sangat kecil di sisi Baitullah.
3. Syirik. Wahabi dikenal mudah memberi cap syirik pada perilaku sesama muslim yang tidak sesuai dengan doktrin Wahabi. Padahal syirik itu mengandung konotasi sama dengan doktrin takfir yakni orang yang dianggap syirik itu keluar dari Islam.
Baca detail: Sejumlah kesalahan Wahabi Salafi (Bahasa Arab)
BEDA ASWAJA DAN WAHABI
Dengan dana penyebaran yang tak terbatas dari kerajaan Arab Saudi dan para donatur fanatik Wahabi di seluruh dunia, maka inilah gerakan paling berbahaya saat ini yang berpotensi memporakporandakan persatuan Islam dan menjadi sumber utama kelemahan Islam di zaman ini.
Adanya gerakan Wahabi yang menyebar luas saat ini sekaligus menjadi kegembiraan kalangan non-muslim yang ingin melihat umat Islam terpecah belah dengan mudah tanpa perlu adanya campur tangan pihak eksternal.
Di kalangan mahasiswa, kalangan pengikut Wahabi banyak aktif di organisasi seperti KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia). Sedangkan secara politik praktis mereka umumnya berada di Partai Keadilan Sejahtera (PKS) baik sebagai fungsionaris partai, kader atau simpatisan.
Ormas Islam di Indonesia yang terinspirasi dengan ajaran Wahabi antara lain: Muhammadiyah, Al-Irsyad, PERSIS, MTA, LDII, dll.
Baca juga: Beda Pesantren Salaf dan Salafi

HIZBUT TAHRIR INDONESIA (HTI)
hizbut tahrir indonesia hti
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) adalah bagian dari Hizbut Tahrir (HT) internasional yang didirikan oleh Taqiuddin Al-Nabhani. HT didirikan pada 1953 di Al-Quds, Palestina. Saat ini HT global dipimpin oleh Atha Abu Rashtah. Sedangkan HTI dipimpin oleh Rohmat S. Labib.
Adapun tujuan dari Hizbut Tahrir atau Partai Pembebasan adalah pendirian pan-Islamisme atau persatuan umat seluruh dunia. Tujuan ini sebenarnya baik. Kekurangan dari HT yang sangat fundamental adalah bahwa persatuan umat itu harus menundukkan diri di bawah payung politik tunggal dengan sistem Syariah Islam dan dipimpin oleh seorang Khalifah. Artinya, seluruh umat Islam dunia harus berada di bawah satu kepala negara yang disebut Khalifah sebagaimana pada zaman Khulafaur Rasyidun. Suatu cita-cita yang baik namun oleh banyak pihak dianggap terlalu utopis (mimpi) dan bertentangan dengan fitrah manusia yang beraneka ragam suku dan bangsa (QS Al-Hujurat ayat 13).
Pada akhirnya, gerakan ini hanya menjadi bagian dari dinamika keanekaragaman umat Islam dan relatif tidak begitu berkembang khususnya dalam konteks Indonesia. Di Indonesia, HTI masih kalah jauh kalau dibanding dengan gerakan Wahabi Salafi dalam perekrutan anggota baru terutama di kalangan mahasiswa di kampus-kampus maupun di luar kampus. Salah satu sebabnya adalah karena arahnya yang tidak jelas dan ketidakmauan kelompok ini untuk aktif dalam politik praktis sampai sistem khilafah ditegakkan. Suatu hal yang amat sulit terjadi untuk tidak mengatakan mustahil.
Paham Sesat Hizbut Tahrir
Menurut Nur Hidayat Muhammad dalam bukunya Benteng Ahlussunnah Wal Jama’ah, (Nasyrul Ilmi, Kediri, 2012) konsep ideologi HT yang tidak sesuai dengan Ahlussunnah adalab sebagai berikut:
– Akal sebagai penentu dalam menafsiri wahyu.
– Ingkar akan kebenaran dari adzab kubur.
– Membolehkan mencium wanita bukan istri baik dengan syahwat atau tidak.
– Tidak percaya akan munculnya Dajjal diakhir zaman.
– Hadits ahad tidak boleh dijadikan dalil dalam akidah.
– Membolehkan negara Islam menyerahkan pajak kepada negara kafir.
– Tidak mengakui negara kesatuan Indonesia (NKRI)
Baca detail:


JAMAAH TABLIGH (JT)
jamaah tabligh
Jamaah Tabligh (Arab: جماعة التبليغ) adalah gerakan dakwah yang berasal dari India. Gerakan yang didirikan pada 1927 oleh Maulana Ilyas Al-Kandahlawi ini awalnya adalah gerakan lokal di kota Delhi, India. Lalu dengan cepat menjadi gerakan nasional dan internasional. Menurut perkiraan saat ini anggota dan simpatisannya mencapai sekitar 20 juta di lebih dari 210 negara di seluruh dunia.
Di Indonesia Jamaah Tabligh juga tumbuh dan berkembang. Gerakan ini mudah berkembang karena bersifat tidak mengikat: anggota bisa masuk dan keluar kapan saja ia mau. Selain itu, JT tidak mengikatkan diri pada partai politik tertentu atau mazhab tertentu. Walaupun fikih pendirinya bermazhab Hanafi.
Oleh Wahabi gerakan ini dianggap bid’ah. Namun di mata ulama moderat, JT adalah gerakan dakwah yang baik dan tidak ada unsur-unsur di dalamnya yang berlawanan dengan syariah. Walaupun di sana sini terdapat plus dan minusnya sebagaimana umumnya di setiap gerakan apapun.

syiah naik haji

 
SYIAH
Syiah (Arab: شيعة‎) adalah kependekan dari Syiatu Ali atau pengikut Ali) adalah sekte sempalan dalam Islam yang berpandangan bahwa penerus Nabi Muhammad sebagai Khalifah adalah menantu dan sepupunya yang bernama Ali bin Abu Thalib. Aliran Syiah bertentangan dengan Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) atau Sunni. Dalam pandangan Sunni, Abu Bakar, bukan Ali bin Abu Thalib, adalah yang pantas menjadi Khalifah pertama yang kemudian diteruskan oleh Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan baru Ali bin Abu Thalib sebagai Khalifah keempat dari Khulafaur Rasyidin.
Secara garis besar, aliran Syiah terdiri dari tiga aliran yaitu, pertama, Syiah Itsna Asyariah atau Syiah Dua Belas Imam atau Syiah Imamiyah. Syiah Imamiyah ini umumnya berada di Iran. Kedua, Syiah Zaidiyah mayoritas berada di Yaman. Ketiga, Syiah Ismailiyah. Umumnya berada di India dan Pakistan.
Di Indonesia, penganut Syiah umumnya beraliran Syiah Imamiyah. Organisasi Syiah di Indonesia bernama IJABI atau Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia yang dipimpin dan didirikan oleh dedengkot Syiah Indonesia yaitu Jalaluddin Rahmat.
Apakah Syiah termasuk Islam atau bukan? Mayoritas ulama berpendapat Syiah bagian dari Islam walaupun dengan catatan. Kalangan Wahabi berpendapat Syaiah bukan Islam, walaupun pemerintah Arab Saudi secara resmi menganggap Syiah adalah Islam. Terbukti, kaum Syiah dibolehkan naik haji setiap tahun. Hanya orang muslim yang dibolehkan melaksanakan ibadah haji dan masuk ke Tanah Haram Makkah Al-Mukarramah.
Share:

Tuesday, May 3, 2016

NASEHAT PARA ULAMA ZAMAN DAHULU

Berkata seorang ulama : “Janganlah engkau menjadi musuh Iblis tatkala engkau di tengah orang banyak, namun tatkala engkau bersendirian maka engkau menjadi sahabatnya” Suatu nasehat yang sangat luar biasa kepada kita, agar jangan sampai kita masih berhias dengan sifat kemunafikan, Nampak sebagai orang sholeh di hadapan masyarakat namun tatkala bersendirian menjadi teman Iblis.
====================================================
Kewajiban Mengikuti Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata:

“Sederhana dalam As-Sunnah lebih baik daripada bersungguh-sungguh di dalam bid’ah.” (Ibnu Nashr, 30, Al-Lalikai 1/88 no. 114, dan Al-Ibanah 1/320 no. 161)

Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata:

“Tetaplah kamu beristiqamah dan berpegang dengan atsar serta jauhilah bid’ah.” (Al-I’tisham, 1/112)

Al-Imam Az-Zuhri rahimahullah berkata:

Ulama kita yang terdahulu selalu mengatakan: “Berpegang dengan As-Sunnah adalah keselamatan. Ilmu itu tercabut dengan segera, maka tegaknya ilmu adalah kekokohan Islam sedangkan dengan perginya para ulama akan hilang pula semua itu (ilmu dan agama).” (Al-Lalikai 1/94 no. 136 dan Ad-Darimi, 1/58 no. 16)

Al-Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah berkata:

“Berhati-hatilah kamu, jangan sampai menulis masalah apapun dari ahli ahwa’, sedikit atau pun banyak. Berpeganglah dengan Ahlul Atsar dan Ahlus Sunnah.” (As-Siyar, 11/231)

Al-Imam Al-Auza’i rahimahullah berkata:

“Berpeganglah dengan atsar Salafus Shalih meskipun seluruh manusia menolakmu dan jauhilah pendapat orang-orang (selain mereka) meskipun mereka menghiasi perkataannya terhadapmu.” (Asy-Syari’ah hal. 63)

(Lammuddurril Mantsur minal Qaulil Ma`tsur, karya Abu Abdillah Jamal bin Furaihan Al-Haritsi)

===========================================================

Introspeksi Diri

Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri berkata:

“Sesungguhnya seorang mukmin adalah penanggung jawab atas dirinya, (karenanya hendaknya ia senantiasa) mengintrospeksi diri kerena Allah Subhanahu wa ta’ala semata.”

“Adalah hisab (perhitungan amal) di Yaumul Qiyamah nanti akan terasa lebih ringan bagi suatu kaum yang (terbiasa) mengintrospeksi diri mereka selama masih di dunia, dan sungguh hisab tersebut akan menjadi perkara yang sangat memberatkan bagi kaum yang menjadikan masalah ini sebagai sesuatu yang tidak diperhitungkan.”

“Sesungguhnya seorang mukmin (apabila) dikejutkan oleh sesuatu yang dikaguminya maka dia pun berbisik: ‘Demi Allah, sungguh aku benar-benar sangat menginginkanmu, dan sungguh kamulah yang sangat aku butuhkan. Akan tetapi demi Allah, tiada (alasan syar’i) yang dapat menyampaikanku kepadamu, maka menjauhlah dariku sejauh-jauhnya. Ada yang menghalangi antara aku denganmu’.”

“Dan (jika) tanpa sengaja dia melakukan sesuatu yang melampaui batas, segera dia kembalikan pada dirinya sendiri sembari berucap: ‘Apa yang aku maukan dengan ini semua, ada apa denganku dan dengan ini? Demi Allah, tidak ada udzur (alasan) bagiku untuk melakukannya, dan demi Allah aku tidak akan mengulangi lagi selama-lamanya, insya Allah’.”

“Sesungguhnya seorang mukmin adalah suatu kaum yang berpegang erat kepada Al Qur`an dan memaksa amalan-amalannya agar sesuai dengan Al Qur`an serta berpaling dari (hal-hal) yang dapat membinasakan diri mereka.”

“Sesungguhnya seorang mukmin di dunia ini bagaikan tawanan yang (selalu) berusaha untuk terlepas dari perbudakan. Dia tidak pernah merasa aman dari sesuatupun hingga dia menghadap Allah, karena dia mengetahui bahwa dirinya akan dimintai pertanggungjawaban atas semua itu.”

“Seorang hamba akan senantiasa dalam kebaikan selama dia memiliki penasehat dari dalam dirinya sendiri. Dan mengintrospeksi diri merupakan perkara yang paling diutamakan.”

(Mawa’izh Lil Imam Al-Hasan Al-Bashri, hal. 39, 40, 41)

============================================================

Cinta Dunia Merupakan Dosa Besar

Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:

“Tidaklah aku merasa heran terhadap sesuatu seperti keherananku atas orang yang tidak menganggap cinta dunia sebagai bagian dari dosa besar.

Demi Allah! Sungguh, mencintainya benar-benar termasuk dosa yang terbesar. Dan tidaklah dosa-dosa menjadi bercabang-cabang melainkan karena cinta dunia. Bukankah sebab disembahnya patung-patung serta dimaksiatinya Ar-Rahman tak lain karena cinta dunia dan lebih mengutamakannya? (Mawa’izh Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri, hal. 138)

Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullahu berkata:

“Telah sampai kepadaku bahwasanya akan datang satu masa kepada umat manusia di mana pada masa itu hati-hati manusia dipenuhi oleh kecintaan terhadap dunia, sehingga hati-hati tersebut tidak dapat dimasuki rasa takut terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan itu dapat engkau ketahui apabila engkau memenuhi sebuah kantong kulit dengan sesuatu hingga penuh, kemudian engkau bermaksud memasukkan barang lain ke dalamnya namun engkau tidak mendapati tempat untuknya.”

Beliau rahimahullahu berkata pula:

“Sungguh aku benar-benar dapat mengenali kecintaan seseorang terhadap dunia dari (cara) penghormatannya kepada ahli dunia.”

(Mawa’izh Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri, hal. 120)

============================================================

Kejelekan-kejelekan Harta

Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullahu berkata:

‘Isa bin Maryam ‘alaihissalam bersabda: “Cinta dunia adalah pangkal segala kesalahan, dan pada harta terdapat penyakit yang sangat banyak.”

Beliau ditanya: “Wahai ruh (ciptaan) Allah, apa penyakit-penyakitnya?”

Beliau menjawab: “Tidak ditunaikan haknya.”

Mereka menukas: “Jika haknya sudah ditunaikan?”

Beliau menjawab: “Tidak selamat dari membanggakannya dan menyombongkannya.”

Mereka menimpali: “Jika selamat dari bangga dan sombong?”

Beliau menjawab: “Memperindah dan mempermegahnya akan menyibukkan dari dzikrullah (mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala).”

(Mawa’izh Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri, hal. 81)

Beliau rahimahullahu berkata:

“Kelebihan dunia adalah kekejian di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hari kiamat.”

Beliau ditanya: “Apa yang dimaksud dengan kelebihan dunia?”

Beliau menjawab: “Yakni engkau memiliki kelebihan pakaian sedangkan saudaramu telanjang; dan engkau memiliki kelebihan sepatu sementara saudaramu tidak memiliki alas kaki.”

(Mawa’izh Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri, hal. 76)

============================================================

Sabar Saat Mendapat Musibah

Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu berkata:

“Kebaikan yang tiada kejelekan padanya adalah bersyukur ketika sehat wal afiat, serta bersabar ketika diuji dengan musibah. Betapa banyak manusia yang dianugerahi berbagai kenikmatan namun tiada mensyukurinya. Dan betapa banyak manusia yang ditimpa suatu musibah akan tetapi tidak bersabar atasnya.” (Mawa’izh Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri, hal. 158)

Beliau rahimahullahu juga berkata:

“Tidaklah seorang hamba menahan sesuatu yang lebih besar daripada menahan al-hilm (kesantunan) di kala marah dan menahan kesabaran ketika ditimpa musibah.” (Mawa’izh Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri, hal. 62)

Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullahu berkata:

“Tiga perkara yang merupakan bagian dari kesabaran; engkau tidak menceritakan musibah yang tengah menimpamu, tidak pula sakit yang engkau derita, serta tidak merekomendasikan dirimu sendiri.” (Mawa’izh Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri, hal. 81)

============================================================

Beragam Tujuan dalam Menuntut Ilmu

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:

“Janganlah kalian mempelajari ilmu karena tiga hal: (1) dalam rangka debat kusir dengan orang-orang bodoh, (2) untuk mendebat para ulama, atau (3) memalingkan wajah-wajah manusia ke arah kalian. Carilah apa yang ada di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan ucapan dan perbuatan kalian. Karena, sesungguhnya itulah yang kekal abadi, sedangkan yang selain itu akan hilang dan pergi.” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1/45)

Ishaq ibnu Ath-Thiba’ rahimahullahu berkata: Aku mendengar Hammad bin Salamah rahimahullahu berkata: “Barangsiapa mencari (ilmu, -pen.) hadits untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membuat makar atasnya.”

Waki’ rahimahullahu berkata:

“Tidaklah kita hidup melainkan dalam suatu tutupan. Andaikata tutupan tersebut disingkap, niscaya akan memperlihatkan suatu perkara yang besar, yakni kejujuran niat.”

Al-Hafizh Adz-Dzahabi rahimahullahu berkata:

“Menuntut ilmu yang merupakan perkara yang wajib dan sunnah yang sangat ditekankan, namun terkadang menjadi sesuatu yang tercela pada sebagian orang. Seperti halnya seseorang yang menimba ilmu agar dapat berjalan bersama (disetarakan, -pen.) dengan para ulama, atau supaya dapat mendebat kusir orang-orang yang bodoh, atau untuk memalingkan mata manusia ke arahnya, atau supaya diagungkan dan dikedepankan, atau dalam rangka meraih dunia, harta, kedudukan dan jabatan yang tinggi. Ini semua merupakan salah satu dari tiga golongan manusia yang api neraka dinyalakan (sebagai balasan, -pen.) bagi mereka.”

(An-Nubadz fi Adabi Thalabil ‘Ilmi, hal. 10-11, Penulis : Al-Ustadz Zainul Arifin

============================================================

Larangan Berfatwa Tanpa Bimbingan Salafush Shalih

Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu berkata:

“Siapa saja yang mengatakan sesuatu dengan hawa nafsunya, yang tidak ada seorang imampun yang mendahuluinya dalam permasalahan tersebut, baik Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ataupun para sahabat beliau, maka sungguh dia telah mengadakan perkara baru dalam Islam. Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: ‘Barangsiapa yang mengada-ada atau membuat-buat perkara baru dalam Islam maka baginya laknat Allah Subhanahu wa Ta’ala, para malaikat, dan manusia seluruhnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menerima infaq dan tebusan apapun darinya’.”

Al-Imam Ahmad rahimahullahu berkata kepada sebagian muridnya:

“Hati-hati engkau, (jangan, -pen.) mengucapkan satu masalah pun (dalam agama pen.) yang engkau tidak memiliki imam (salaf, -pen.) dalam masalah tersebut.”

Beliau rahimahullahu juga berkata dalam riwayat Al-Maimuni:

“Barangsiapa mengatakan sesuatu yang tidak ada imam atasnya, aku khawatir dia akan salah.”

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu berkata:

“Adapun para imam dan para ulama ahlul hadits, sungguh mereka semua mengikuti hadits yang shahih apa adanya bila hadits tersebut diamalkan oleh para sahabat, generasi sesudah mereka (tabi’in) atau sekelompok dari mereka. Adapun sesuatu yang disepakati oleh salafush shalih untuk ditinggalkan maka tidak boleh dikerjakan. Karena sesungguhnya tidaklah mereka meninggalkannya melainkan atas dasar ilmu bahwa perkara tersebut tidak (pantas, -pen.) dikerjakan.”

(An-Nubadz Fi Adabi Thalabil ‘Ilmi, hal. 113-115, Penulis : Al-Ustadz Zainul Arifin )

============================================================

Sebab Hilangnya Agama

Abdullah bin Mas’ud berkata:

“Jangan ada dari kalian taklid kepada siapapun dalam perkara agama sehingga bila ia beriman (kamu) ikut beriman dan bila ia kafir (kamu) ikut pula kafir. Jika kamu ingin berteladan, ambillah contoh orang-orang yang telah mati, sebab yang masih hidup tidak aman dari fitnah”.

Abdullah bin Ad-Dailamy berkata:

“Sebab pertama hilangnya agama ini adalah ditinggalkannya As Sunnah (ajaran Nabi). Agama ini akan hilang Sunah demi Sunnah sebagaimana lepasnya tali seutas demi seutas”.

Abdullah bin ‘Athiyah berkata:

“Tidaklah suatu kaum berbuat bid’ah dalam agama kecuali Allah akan mencabut dari mereka satu Sunnah yang semisalnya. Dan Sunnah itu tidak akan kembali kepada mereka sampai hari kiamat”.

Az-Zuhri berkata:

“Ulama kami yang terdahulu selalu mengingatkan bahwa berpegang teguh dengan As-Sunnah adalah keselamatan. Ilmu akan dicabut dengan segera. Tegaknya ilmu adalah kekokohan agama dan dunia sedangkan hilangnya ilmu maka hilang pula semuanya”.

Diambil dari kitab Lammudurul Mantsur Minal Qaulil Ma’tsur yang disusun oleh Abu Abdillah Jamal bin Furaihan Al Haritsy.

============================================================

Lakukanlah Hal-hal yang Bermanfaat

‘Umar bin Abdul ‘Aziz rahimahullahu berkata:

“Barangsiapa beranggapan perkataannya merupakan bagian dari perbuatannya (niscaya) menjadi sedikit perkataannya, kecuali dalam perkara yang bermanfaat baginya.”

‘Umar bin Qais Al-Mula’i rahimahullahu berkata:

“Sseorang melewati Luqman (Al-Hakim) di saat manusia berkerumun di sisinya. Orang tersebut berkata kepada Luqman: “Bukankah engkau dahulu budak bani Fulan?” Luqman menjawab: “Benar.”

Orang itu berkata lagi, “Engkau yang dulu menggembala (ternak) di sekitar gunung ini dan itu?” Luqman menjawab: “Benar.”

Orang itu bertanya lagi: “Lalu apa yang menyebabkanmu meraih kedudukan sebagaimana yang aku lihat ini?” Luqman menjawab: “Selalu jujur dalam berucap dan banyak berdiam dari perkara-perkara yang tiada berfaedah bagi diriku.”

Abu ‘Ubaidah meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu bahwasanya beliau berkata:

“Termasuk tanda-tanda berpalingnya Allah Subhanahu wa Ta’ala dari seorang hamba adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kesibukannya dalam perkara-perkara yang tidak berguna bagi dirinya.”

Sahl At-Tustari rahimahullahu berkata:

“Barangsiapa (suka) berbicara mengenai permasalahan yang tidak ada manfaatnya niscaya diharamkan baginya kejujuran.”

Ma’ruf rahimahullahu berkata: “Pembicaraan seorang hamba tentang masalah-masalah yang tidak ada faedahnya merupakan kehinaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala (untuknya).”

(Jami’ul ‘Ulum wal Hikam 1/290-294)

============================================================

Orang Yang Tidak Boleh Diambil Ilmunya

Abdurrahman bin Mahdi rahimahullahu berkata:

“Ada tiga (golongan) yang tidak boleh diambil ilmunya, (yakni): (1) Seseorang yang tertuduh dengan kedustaan, (2) Ahlul bid’ah yang mengajak (manusia) kepada kebid’ahannya, dan (3) seseorang yang dirinya didominasi oleh keraguan serta kesalahan-kesalahan.”

Al-Imam Malik rahimahullahu berkata:

“Tidak boleh seseorang mengambil ilmu dari empat (jenis manusia) dan boleh mengambilnya dari selain mereka (yaitu): (1) Ilmu tidak diambil dari orang-orang bodoh, (2) Tidak diambil dari pengekor hawa nafsu yang menyeru manusia kepada hawa nafsunya, (3) Tidak pula dari seorang pendusta yang biasa berdusta dalam pembicaraan-pembicaraan manusia meskipun tidak tertuduh berdusta pada hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, (4) Tidak pula dari seorang syaikh yang memiliki keutamaan, keshalihan serta ahli ibadah tetapi dia tidak lagi mengetahui apa yang tengah dibicarakannya.” (n-Nubadz fi ‘Adab Thalabil ‘Ilmi, hal. 22-23)

============================================================

Musibah

Al-Imam Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata:

“Menangislah kalian atas orang-orang yang ditimpa bencana. Jika dosa-dosa kalian lebih besar dari dosa-dosa mereka (yang ditimpa musibah, red), maka ada kemungkinan kalian bakal dihukum atas dosa-dosa yang telah kalian perbuat, sebagaimana mereka telah mendapat hukumannya, atau bahkan lebih dahsyat dari itu.”(Mawa’izh Al-Imam Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah hal. 73)

“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala benar-benar menjanjikan adanya ujian bagi hamba-Nya yang beriman, sebagaimana seseorang berwasiat akan kebaikan pada keluarganya.”(Mawa’izh Al-Imam Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah hal. 111)

“Tidak ada musibah yang lebih besar dari musibah yang menimpa kita, (di mana) salah seorang dari kita membaca Al-Qur’an malam dan siang akan tetapi tidak mengamalkannya, sedangkan semua itu adalah risalah-risalah dari Rabb kita untuk kita.” (Mawa’izh Al-Imam Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah hal. 32)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:

“Seorang mukmin itu berbeda dengan orang kafir dengan sebab dia beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, membenarkan apa saja yang dikabarkan oleh para Rasul tersebut, menaati segala yang mereka perintahkan dan mengikuti apa saja yang diridhai dan dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan bukannya (pasrah) terhadap ketentuan dan takdir-Nya yang berupa kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan-kemaksiatan. Akan tetapi (hendaknya) dia ridha terhadap musibah yang menimpanya bukan terhadap perbuatan-perbuatan tercela yang telah dilakukannya. Maka terhadap dosa-dosanya, dia beristighfar (minta ampun) dan dengan musibah-musibah yang menimpanya dia bersabar.”
Share:

pesan

Entri Populer

Join This Site

Blogger news

Recent Posts

Unordered List